NYATANYA TIDAK SELALU HARUS MELIBATKAN HATI

 




Satu perjalanan akan selalu ada akhirnya, ada titik selesai meski tak ingin diakhhiri

Ini tak seperti kisah pada jejeran buku cerita dengan seribu ending ceritanya

Pernah sekali waktu ingin berserah akan hal ini, pernah juga tidak ingin mengawali apapun lagi, dengan siapapun dalam kondisi apapun

Tapi, ya faktanya seperti itulah manusia, baru sekali saja diberikan hal yang bertentangan dengan inginnya, sontak ia lupa akan seribu keinginan yang tuhan tlah berikan sebelumnya

Satu lagi kisah yang dimulai, pelan pelan ia buka kembali pintu hatinya sembari berharap ini adalah “Salam kenal” terakhir yang ia lontarkan sebelum nanti ia tutup sepenuhnya pintu itu dari salam salam setelanya, Bagaimana selanjutnya ? Tentu saja berjalan seperti perjalanan pada umumnya, mengungkapkan identitas diri dengan cukup percaya, meyakinkan diri meski tak ada hal istimewa disana, cukup berjalan sebagaimana mestinya, bercakap dan bercerita bertukar informasi tanpa berfikir ini adalah sebuah kata ‘mulai’, ada respect mungkin iya, ada peduli sudah tentu, ada simpati mungkin saja karena ada desakan waktu yang mengatakan usia bukan segalanya, usia bukan tolak ukur bahwa ini jalanmu sudah tiba, tidak lagi berpatokan pada kriteria apalagi batasan suka dan tidak suka saja, terucap begitu saja bawa ini terjalani dengan datar tanpa tuntutan apa apa dan arahan siapapun juga.

Do’anya sangat dalam “Jika akhirnya tak ada, jadikan biasa saja”

Berjalan baik seiring waktu, seringkali dan berulang ia dengar banyak hal absurd dalam percakapan, ada hal hal yang sebelumnya tak pernah diberi maklum apalagi apresiasi, namun kali ini ia tak berkeras hati, tidak terlihat keras kepala dalam setiap tindakannya, memberikan maklum menjadi begitu mudah pada hal hal yang ia sebelumnya sangat anti dan menolak dengan tegas, dengan penjelasan panjang lebar pun ia tetap  bisa mengelak jika hatinya tak berkata iya, namun kali ini tanpa prolog dan argument kuat pun ia sudah dapat berikan maklum dan maaf, merendahkan egonya dengan sangat mudah,  mungkinkah ini titik pasrah untuknya atau jalan buntu baginya yang sedang jenuh dengan proses panjang namun tak berujung pada tujuan awal sebelumnya, berkaca dari sekian banyak yang telah dilewati,  kali ini ia tidak sepenuhnya menyertakan hatinya, ia tidak melibatkan hatinya terlalu jauh hingga tanpa kabar berita satu atau dua pekan, sungguh baginya kali ini tidak mengapa

Ini karena apa, Tanyanya dalam hati, ah mungkin manusia memang berubah atau masa itu telah berlalu hingga tidak ada lagi egois dalam diri yang muncul dalam setiap percakapannya, sejujurnya ini sungguh tidak masuk akal, hanya karna ego sudah berdamai sehingga hal yang dulu tabu kini menjadi lumrah, hal yang dulu tak nyaman buatnya, kini menjadi sangat biasa dimatanya.

Super big salluutttt….!!!

Hal hal yang bersifat idealis memang sangat mengusik setiap hubungan apapun, tanpa disadari ini memicu perbedaan pendapat, hingga terekspresikan pada raut wajah, kita tentu ingin berkomunikasi hingga akhir hayat, yang tersisa dari sebuah hubungan setelah cinta hanyalah komunikasi, lalu bagaimana jika sebuah hubungan diawali dengan komunikasi yang tak seimbang, mungkin jika orang lain mampu mengimbanginya, kali ini ia angkat tanganm melambaikannya pada kamera dan bersiap pamit undur diri, jika tanpa bertanya saja ia sudah cukup mengalah, bagaimana dengan sekian banyak pertanyaan yang harus ia simpan sepanjang hidupnya.

Dan benar saja, tanpa menunggu lama tanpa harus berbanyak kata, hanya sedikit muqaddimah dari ‘perantara’ hehee

“Mari bertemu dan berbicara”

Ini yang sudah lama ditunggu, semua berjalan biasa saja, tanpa menyinggung hal yang sebenanrnya ingin disinggung, percakapan justru terjadi setelah perut terisi semangkuk bakso hangat ditempat favorit setiap orang yang ada disana hihii

Terkesan terlalu cepat menyimpulkan tetapi ia sudah mendapatkan poin terpenting dari obrolan panjang kali lebar kuadrat malam itu di awal percakapan itu dimulai, tidak ada nada bicara yang tinggi tanpa emosi yang meluap luap seperti yang sudah lama berlalu. Ya inilah dirinya dan itulah dirinya -_- semua hanya tentang prinsip dan komunikasi, ketika prinsip tidak bersebrangan dengan orang lain dan semua akan berjalan baik dengan prinsip, that’s really really okay, tetapi ketika tidak ada porsi untuk orang lain lagi, ia rasa tidak ada alasan untuk mempertahankan terlebih memperjuangkan, ia tak se effort itu karena effort balance tidak terlihat tanda tanda keberadaannya, lebih baik kita sama sama belajar lagi mencari tau mau kita apa, tujuan kita apa dan langkah yang akan kita lakukan apa, setelahnya mari bertemu dalam kondisi terbaik masing masing, dan tetap dijalan milik kita masing masing.

Kali ini semua diikhlaskan dengan lapang dada senang hati, tanpa sesal apalagi ragu, semua yang tertulis dan tergaris akan menjadi satu kisah beberapa baris, manusia tanpa tuntutan itu akan selalu mendoakan untuk setiap  kebaikannya, yang berlalu biarlah menjadi pelajaran dan motivasi masing masing tanpa harus ada judgement yang terucap, meski terbesit (Okelaaaah)

Semoga Allah mudahkan Allah bahagiakan

 https://www.catatanabstrak.com/2024/07/nyatanya-tidak-selalu-harus-melibatkan.html

Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
2 komentar
  1. Akan ada pembelajaran dalam setiap cerita yang bergulir...
    Akan ada hal indah di ujung penantian...